Friday, February 18, 2011

Rejeki, didatangi atau mendatangi?

Makan di rumah sendiri? makan di warteg? nyari makanan baru di tempat baru?. Umumnya hanya dibutuhkan beberapa langkah saja untuk bisa makan. Orang yang makan di warteg dan di rumah hanya meluangkan tenaga beberapa langkah untuk bisa makan atau setidaknya beberapa kilometer saja untuk menemukan pengalaman baru dalam berburu makanan. Makan adalah kebutuhan dasar yang pada akhirnya menghasilkan energi untuk beraktifitas. Makan tidak hanya untuk sekadar kebutuhan, namun juga bisa menjadi sarana mencari suasana atau pengalaman baru seperti yang biasa diutarakan pak Bondan ---Maknyos..., Maknyos suasananya, makanannya atau yang mendampingi saat makan.

Sehari makan hanya membutuhkan langkah kecil di rumah? atau di warteg? ( Saya mengecualikan beberapa kritikus makanan yang makan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perut). Makanan yang dimakan adalah sebagian dari rejeki yang untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha. usaha jalan ke meja makan atau ke undangan pernikahan, membeli makanan yang dihasilkan dari usaha, atau usaha minta ditraktir, sehingga disini butuh upaya mendatangi rejeki untuk mendapatkan rejeki.

Benarkah usaha yang mendatangi rejeki?

Di piring yang mengikuti pola hidup 4 sehat 5 sempurna akan ditemui :
1. Karbohidrat ( Nasi)
2. Protein (ikan boleh, telur bisa)
3. vitamin (sayuran atau buah)
4. Mineral ( yang gampang air mineral)
5, ditambah susu.

kalau ditelusuri kelima elemen makanan sempurna ini, ada di meja hidangan menempuh jarak yang lebih jauh dari sang penyantap. Nasi dari petani di pedesaan, protein dari peternak di sebrang pulau, vitamain dari perkebunan nun jauh di mata, dan susu yang enak sih dari lembang. kalau jarak asal semua makanan dijumlah setelah melalui proses tertentu hingga akhirnya didistribusikan oleh emang sayur atau minimarket sebelah ternyata jarak yang ditempuh oleh makanan ini pastilah lebih jauh dibanding penyantap. Apalagi penyantap yang makanannya sudah disediakan dirumah sendiri yang kebetulan jualan makanan.

Kalau sudah rejeki pasti akan sampai, seperti makanan yang sampai ke meja hidangan. Padahal jarak makanan lebih jauh dari jarak yang orang yang mau makan.

Yang dibutuhkan, adalah usaha untuk mencapai rejeki, yang kalau dengan analogi perjalanan diatas usaha yang berjarak beberapa langkah bertemu dengan rejeki yang berjarak ratusan kilometer.

Jadi, rejeki didatangi dan mendatangi....

Dari : Seminar Nasional Marketing 3.0



Expedisi Online

Tulisan saya mengenai mall online yang semakin tumbuh di Indonesia sebagai akibat besarnya potensi pasar online Indonesia, mempengaruhi beberapa sektor bisnis. Sektor bisnis yang saya maksud adalah sektor ekpsedisi. Seberapa besar mall online dan sebanyak apapun barang yang ditawarkan harus didukung dengan infrastruktur yang menunjang aktifitas perekonomian online. Selain payement gateway saya menilai ekspedisi sebagai salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan bisnis online yang berbasis trading.

Dengan meningkatnya penjualan secara online dengan digunakannya beberapa medium mulai dari toko online, facebook, multiply, marketplace, forum jual beli, kebutuhan akan jasa pengiriman yang murah, cepat dan dapat dipercaya menjadi faktor krusial keberlangsungan bisnis online.

Saran saya bagi bisnis ekspedisi berkaitan dengan tingginya lapak dan transakasi online diantaranya :

  1. Ekspedisi dapat mendiversifikasi usahanya ke arah toko online dengan pengiriman yang di bundling dengan ekspedisi yang bersangkutan.
  2. Memberlakukan sistem keagenan online bagi pemilik toko-toko online.
  3. Melengkapi sistem tracking real time barang yang melacak keberadaan barang.
  4. Pembukaan kantor cabang di dekat mall online yang merchantnya berada dalam kawasan yang dekat.
  5. Promosi dengan prioritas media placement di situs spesifik yang memberlakuan penjualan online seperti facebook ads, FJB kaskus, marketplace2, toko online spesifik yang memiliki alexa rank yang tinggi.
  6. Mendekatkan diri dengan komunitas online seperti TDA.
  7. Membangun situs community ekspedisi.
  8. Serta melakukan teknik2 horizontal marketing lainnya menggunkan medium sosial media

Sampai saat ini saya baru melihat 2 ekspedisi yang mencoba mengembangkan pasar di dunia online, yang menurut saya sungguh sayang dilewatkan jika pemain2 bisnis industri memahami bahwa internet bisa menjadi leverage bisnis mereka.



Lifestyle Go Online

Indonesia tengah memasuki era golden age. 2011 diyakini beberapa pakar sebagai tahun kebangkitan perekonomian Indonesia berkaitan dengan GDP/kapita Indonesia yang diprediksi tembus angka US $ 3.000. Angka ini unik karena dari beberapa studi kasus negara berkembang angka US $ 3.000 adalah tipping point pertumbuhan perekonomian negara dari negara berkembang menuju negara maju. Setelah melewati US $ 3.ooo negara-negara seperti Korea Selatan, Cina, Brazil dan lain2-nya memiliki pertumbuhan ekonomi yang kencang setelah melewati anggka US $ 3.000.

Golden age akan berjalan lancar di Indonesia asalkan infrastruktur yang ada mendukung perubahan pola hidup kaum urban. Mall akan penuh, jalanana dijejali mobil, bandara disesaki penumpang. Hal ini terjadi karena jumlah masyarakat kelas B akan menggelembung (kemiskinan masih banyak, tapi kelas middle jumlahnya akan menggelembung). Masyarakat kelas B ini kemudian memiliki disposable income, yaitu 1/3 uangnya digunakan untuk memuaskan sifat konsumtifnya. Hal ini lumrah terjadi karena sudah terpenuhinya kebutuhan dasar yang artinya mereka akan berada pada piramida tengah teori maslow yang mencari pengakuan,status, mencari konwledge. Ketika fokus masyarakat kelas B ini tidak lagi berada di tataran kebutuhan primer, sifat konsumtif ini lah yang menarik di capture oleh para pemain bisnis online yang berorientasi lifestyle.

Lifestyle yang saya maksud telah ada ketika Andrew Mason membuat Groupon di tahun 2008 dengan modal 1 juta US$, hingga April 2010 nilai perusahaan sudah mencapai 1,35 milyar US$ kurang dari 2 tahun semenjak pendirian perusahaan. Panasnya revenue groupon membuat raksasa online macam yahoo dan google, melirik dan menawarkan akuisisi 3 milyar US$ (yahoo) dan 5.3 milyar US$ (google) yang keduanya ditolak oleh groupon.

Groupon memberlakukan pola bisnis deal of the day yaitu diskon khusus pada waktu tertentu yang berlaku jika jumlah minimal pembeli kupon mencapai kuota. Pola ini sangat berguna bagi produsen yang sedang mempromosikan usaha barunya, tanpa mengurangi laba perusahaan karena perusahaan mendapat untung dari kuantitas pembeli kupon. Bagi masyarakat yang memiliki disposable income, mencari lifestyle dan mencari experience baru bisa menikmati suasana dan tempat baru dengan harga miring sekalian sebagai ajang kongkow.

Di Indonesia sendiri saya mencatat ada 4 situs yang memiliki pola bisnis seperti groupon :

1. Dealkeren.com

2.valadoo.com

3.ogahrugi.com

4.e-voucher.com

Secara sepintas kemunculan keempat deal of the day adalah peluang yang bagus menampung disposable income consumen 3000. Namun masih ada celah yang musti di benahi sehingga bisnis ini bisa berkembang atau diakusisi oleh groupon (groupon ekspansi di Asia dan baru mengakuisi bisnis serupa di Malaysia yaitu groupsmore). Celah yang saya maksudkan adalah payment gateway di Indonesia yang bisa dibilang masih dalam tahap perkembangan, sehingga pola ini hanya bisa di nikmati orang tertentu saja. Saya sampai sekarang masih menunggu perusahaan yang akan diakuisisi oleh Groupon, mungkinkah salah satu dari mereka?

Apapun yang terjadi , saya memandang optimis dengan tembusnya GDP/kapita 3.000 Indonesia. Semoga menjadi negara yang lebih civilize dan makmur

Amiiin….



Online Mall



Indonesia adalah captive market pasar online. Statistik pengguna internet tahun 2009 tercatat 33 juta dan jumlahnya terus akan terus bertambah terkait beberapa hal :


  1. akses internet akan semakin mudah dan murah dengan banyaknya layanan dial up maupun broadband wireless.
  2. pengguna smartphone terutama Blackberry dan Android di Indonesia jumlahnya semakin meningkat di 2011.
  3. facebook dan twitter telah menjadi lifestyle yang penggunaannya meningkat hingga Indonesia. (pengguna FB di Indonesia kini (26-1-2011), menempati jumlah user kedua terbanyak setelah US)
Jumlah pengguna internet diprediksi tembus angka 100 juta pengguna ditahun 2015, menjadi pasar potensial pendistribusi barang baik lokal maupun import. Hal inilah yang melandasi banyaknya marketplace di Indonesia. Marketplace mengadopsi konsep mall dan pasar tradisional di dunia offline.

Perilaku masyarakat kini cenderung “on-the-go” dengan dinamika yang tinggi membuat fungsi mall offline lebih banyak sebagai fungsi refreshing ketimbang mencari barang sehingga jumlah pengunjung di mall belum tentu merefleksikan tingginya pembelian barang. Hal ini pernah dikeluhkan oleh supervisor marketing sebuah mall terbesar di Bandung kepada saya.

Mall online (marketplace) berbeda dengan mall offline. Dunia online lebih berfungsi sebagai tempat penjualan barang ketimbang tempat refreshing. Sehingga traffic (pengunjung) yang datang ke marketplace hampir bisa dipastikan sedang survey barang hingga membeli barang yang diinginkan.

di Indonesia saya mencatat ada beberapa marketplace yang cukup berkembang :


1. Dinomarket. (13.945)

2. Tokopedia. (14.035)

3. Krazymarket. (84.886)

4. Plasa (26.939)

5. Blazzmall (334.869)

6. Tradeboss (24.637)

7. Juale (361.588)

8. TokoBagus (2.298)

*Angka disamping marketplace menunjukkan alexa traffic rank di Indonesia sebuah sistem pemeringkatan situs berdasarkan jumlah kunjungan. situs yang paling sering dikunjungi di Indonesia memliki alexa traffic rank 1 (saat ini di Indonesia ditempati Facebook.com sebagai situs paling sering dikunjungi).

jumah diatas mungkin belum terdata semua, tapi yang jelas Indonesia sebagai potensi pasar online cukup besar karena di 2011 ini mojo (telkom) dan Rakuten yang merupakan mall online terbesar di Jepang juga berencana membuka layanan mall onlinenya di 2011.

Selamat berbelanja Online:)

Sumber :

BCG Report

Active Media database

Alexa



 

Footer Widget #1

Footer Widget #2

Footer Widget #3

Footer Widget #4

Copyright 2010 MESOTHELIOMA GUIDENCE. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Distorsi Blog